Saturday 30 November 2013

Kopi Yang Manis






Aku bersandar pada cahaya kecil.
Duduk bersila, kuteguk kopi itu.
Manis bukan main rasanya.
Tentu, kau yang memulai.
Kau, dihadapanku, menatap bola-bola kecil menghiasi pandang.
Malam begini, kau tautkan keanggunan dan puisi.
Indah dirimu, mengalun syair.
Tak kucari, tapi memang dadaku seiring bernyanyi.

Maka, menari lah kita, sepi dan malam pun jadi panggung.
Kita pun termangu, bergelut pada sisi yang tak bertemu.
Pada apa kita kan berharap?
Sebuah nama atas kesucian belum terjamah.
Simpan rasa ini, malam ini jadi awal ungkapan.

Kehadiranmu membasuh luka, selama aku tahu kan tak jemu.
Kan kuraih apa yang bisa membuat kita satu.

- AAA -

Malang, 2010

No comments:

Post a Comment

Silahkan komen yaa