Friday 22 November 2013

Episode Kedua


Aqsha Al Akbar
Aku mencoba jujur.
Karena menulis puisi ini sama dengan perasaan.
Mana ada perasaan yang berbohong.
Ya, jujur lah.

Bohong itu waktu aku bilang jujur.
Ternyata jujur juga bisa bohong.
Mana yang betul?
Sebenarnya jujur dan bohong itu saudara kembar.

Ini malam kedua dari dua episode malam sendiri.
Dan ini pukul dua dini hari.
Aku belum enggan memetik kata di taman imaji.
Setiap hari aku berwisata di sana.
Aku bertemu Sutardji Calzoum Bahri.
Ada juga Chairil Anwar dan WS Rendra memainkan nada naaa naa naa.
Berdua menikmati vodka di surga.

Sedang aku masih berkeliaran.
Berlarian menikmati pepohonan tinggi-tinggi.
Sayang, daunnya mudah sekali tersapu angin yang kurang kerjaan.
 Tetapi, berkah daun itu adalah keindahan.
Berserakan nun rapi.
Sketsa alam yang tak direka-reka.
Pun kata-kata yang mengintip dibaliknya.
Nuansa kejujuran dan keindahan yang senada.

Hari ini, di espisode ini.
Kulekat mata pada satu bingkai kotak.
Sunggingan senyumnya menggoda.
Rupanya menawan, aku rela ditawan asalkan dia tinggalkan bingkai kotak itu.

Ayu namanya.
Atau Sandtya namanya.
Atau juga Hesti namanya.
Mungkin juga Fitri yang mau ikutan.

Di episode ini, kami bercengkrama.
Yaa biarlah meski aku saja yang buka mulut.
Kami santai sekali menikmati malam.
Tak peduli sejuta setan yang mengintai.
Kami terlampau santai.

WS Rendra bilang pada Episode-nya.
“Mengapa sebuah kancing bajumu lepas terbuka”
Dan berlalu.
Ada asmara yang terjalin setelah aku, Ayu, Sandtya, Hesti dan Fitri mendengar itu.
Aku bilang, ini taman lain.
Keempat bidadari dunia itu tersenyum mengangguk sok mengerti.
Sedang aku berlagak lugu, senyum gantengku kutebar juga.
Bertambah merona lah langit dan peliharaannya, bulan.

Aku bertingkah manja.
Sengaja kubuka bajuku. Tahu dingin menggerayangi tulang.
Dari sikap liar mana, aku dituntun menuju kursi panjang berwarna putih.
Kepalaku dipangku di atas paha. Tangannya memaksa mataku terkatup.
Membiarkan aku dibelai-belai.

Lalu. Lalu. 
Demikian lah kami tak berusaha menyelesaikannya.
“Episode malam ini adalah kereta yang lekas berangkat. Pulang lah.”
Ayu kembali. Fitri melangkah kaki. Hesti berpaling muka.
Sandtya tertunduk lesu.


2012. September

1 comment:

Silahkan komen yaa