Saturday 1 February 2014

Malam Minggu





Malam minggu. Barangkali ini malam yang special bagi kebanyakan orang. Malam dimana banyak orang menghabiskan waktu dengan cara-caranya sendiri. Ada yang sengaja merancang malam minggu dengan bermadu kasih, ada yang sekedar nongkrong bersama teman-teman, ada yang berkumpul bersama keluarga dan ada juga yang menganggap malam minggu sama halnya seperti malam-malam lain.

Jaman aku kecil, sebagai bagian dari ‘Generasi 90-an’ akhir, malam minggu berarti malam yang bebas. Setelah sekolah di hari Sabtu yang hanya sampai setengah hari, kegembiraan memuncak dimulai setelah lepas magrib. Banyak sekali permainan yang aku dan teman-teman mainkan. Mulai dari main kejar-kejaran, jongkok kriing, samberlang, pecah piring, engklek, lompat tali yang disambung-sambungkan dengan karet, main ‘gebuk’ (dengan melempar bola tenis), main patok lele, main sepeda-sepedaan dengan mencoret-coret aspal jalanan dengan bata oranye hingga bermain petak umpet. Banyak sekali macam permainan yang tersaji. Semuanya menyenangkan.


Memasuki SMP, permainan malam minggu sedikit berubah, walau masih juga kental dengan permainan saat SD. Namun saat jamanku, mulai dari kelas 1 SMP (sekitar tahun 2002) kebanyakan sudah mulai gagah-gagahan mengendarai sepeda motor. Aku sendiri sampe minta orang tuaku beli motor, bukan buat aku, tapi memang saat itu keluargaku cuma punya mobil, sehingga aku ingin punya motor. Terlebih hati sudah sempat iri dengan tetangga sebelah, keluarga si Abah yang baru beli motor baru. Akhirnya dibeli lah motor Honda Astrea Green warna hijau –iya lah warna hijau- (sekarang mungkin sudah langka). Saat itu aku sedang jalan pulang sekolah, melewati rumah bagian belakang rumahku, kulihat lah terparkir rapi motor Astrea Green. Kupacu langkahku lebih cepat saking senangnya. Memasuki pekarangan rumah, kudengar almarhumah Tante Iin bilang, “tuh ca, motor barunya uda datang”. Segera lah aku lari ke dalam rumah, meminta ‘test running’. Aku sendiri sudah bisa mengendarai motor sejak kelas 5 SD pakai motor kakek/atokku yang biasa dititip di rumah.

Maka mulai lah aku mengelilingi komplek dengan motor baru itu (motor bekas sih sebenarnya). Kulihat teman-temanku sedang berjalan kaki dari sekolah menuju rumah, maka dengan gaya yang banyak, aku klakson lah dia sambil satu alisku mengangkat. Senyumku begitu lebar. Sengaja. Kutawari lah dia untuk numpang dan aku antar ke rumahnya. Demikian seterusnya sampai teman-temanku yang lain minta diajari naik motor oleh orang tuanya. Mulai lah bergeser perlahan kebiasaan naik sepeda dengan gaya-gayaan dengan sepeda motor. Kalau sudah malam minggu nih kadang-kadang, aku dan teman-temanku balapan liar. Yaa enggak se-liar kayak yang di tv itu. Cuma iseng-iseng nyari penyakit saja. Alhamdulillah sih enggak pernah kecelakaan. Wong kecepatannya saja paling cepat cuma 80 km/jam.

Kadang kala juga, saat SMP dulu aku menghabiskan waktu dengan mengikuti kegiatan di Masjid. Di Masjid komplekku, diadakan rutin acara I'tikaf yang memang dilakukan saat malam minggu. Aku sih senang-senang aja mengikuti ini. Mulai dari sholat Magrib dan diisi pengajian Al-Quran serta mendengarkan ceramah yang kemudian diikuti dengan nonton film rohani+musabaqah. Sedang saat sebelum Shubuh, kita dibangunkan untuk melaksanakan Sholat Tahajud. Hingga setelah Shubuh, kita dibekali sarapan Nasi Gurih yang enak.
Malam minggu edisi SMA sudah cukup berbeda. Sudah jarang sekali memainkan permainan seperti SD atau SMP. Aku memiliki banyak kenangan yang tidak terlupakan saat SMA. Tidak terkecuali saat malam minggunya. Aku mulai pacaran saat kelas 1 SMA. Ini lah pacaran perdanaku. Masuk semester dua, aku mulai mendekati kakak kelasku yang berada di kelas 2. Inisialnya E. Sekarang dia sudah nikah. Malam mingguku juga biasanya ngapel ke rumahnya. Pacaran di teras rumahnya, di atas kursi hijau sambil memandang jalanan sepi yang terhampar di depannya. Aku ingat betul saat seperti itu. Sedang untuk jalan-jalan, sering dilakukan saat siang hari sepulang sekolah. Ah. Kalau malam minggu, biasanya kujemput dia dengan mobil. Mobil ayahku, bukan punyaku. Hahaha. Ya cuma jalan-jalan keliling saja.

Masuk kelas 2 SMA, kita putus. Dan aku sendiri lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman sekolahku. Ada juga teman-teman dari sekolah lain. Temanku biasanya teman sekelasku. Yang paling dekat, -campur- ya ada Incen, Angga, Dini, Rani dan Meli. Kita biasanya juga nongkrong bareng-bareng di rumah siapa gitu. Juga biasanya nongkrong sama temanku yang lain. Lebih senang kalau salah satu teman yang orang tuanya sedang berpergian ke luar kota. Artinya? Kebebasan! Biasanya kita nongkrong dulu di warung, beli indomie dan telur, beli rokok yang banyak lalu mulai stel PS2. Mulai lah main Winning Eleven. Dulu rumah Ikmal sering kosong kalau akhir pekan. Yang main biasanya, aku, incen, utek, ai, fadli, angga juga teman-teman lain kayak abrar dan wanda. Mulai lah menghabiskan malam minggu dengan bermain PS. Ikmal paling jago kalo main PS ini. Aku sendiri sering PHP. Kadang bagus, kadang kalahan. Tapi, diantara semua, hanya Ai yang paling sering kalah. Hahaha. Rasanya, menceritakan malam minggu saat SMA terlalu banyak. Terlebih tidak enak rasanya kalau hanya menceritakan kisah malam minggu saat SMA. Karena banyak kisah SMA lainnya yang sangat melekat di ingatan. Nanti lah aku postingkan.

Kisah malam mingguku mulai berbeda saat merantau ke Malang, tempat aku kuliah. Di Malang, malam minggu cukup memiliki warna tersendiri. Kalau melintas daerah jalan Ijen saat malam minggu, ya pasti akan kita lihat club-club sepeda motor memakirkan ‘pacarnya’ di sepanjang jalanan. Mulai dari moge, matic, motor sport hingga vespa memamerkan kebanggaannya kepada setiap pengguna jalan. Di daerah stasiun beda lagi, di daerah sini lebih banyak club-club sepeda/ontel/piksi (bener tulisannya? :v). Sedang club mobil terpencar. Ada yang di daerah Suhat, Pulo Sari dan lain-lain. Aku sendiri awalnya, sering menghabiskan malam minggu dengan ngopi di SOB, di Ijen juga. Biasanya sambil bermain poker bersama Odi, Memet, Noki, Benyek, Andik, Tommy, Edwar (kalau gak ‘dicarter’ Fera) dan lain-lainnya. Namun pada akhirnya, kita lebih suka menyewa VCD/DVD dan nonton di kos-an. Biasanya kita nyewa 5 film. Karena memang lebih murah kalau nyewa sekaligus banyak. Dan, ‘jreeejeng-jejeeng’, film pun diputar hingga azan Subuh berkumandang. 

Tidak banyak sih nuansa malam mingguku saat di Malang. Semakin kesini, malam mingguku pun berubah. Karena, kebanyakan pemuda disini menghabiskan malam minggunya dengan ngopi dan terkadang juga ke mall, aku juga jadinya lebih sering ngopi dengan teman-teman. Bukan di cafĂ©, tapi di emperan jalanan. Banyak tempat ngopi di pinggir jalan. Menjamur malahan. Berbeda dengan awal ngopi dulu yang sering bermain poker, kali ini lebih banyak kuhabiskan dengan ngobrol-ngobrol membahas hal yang agak sedikit ‘berat’. Tentang cinta misalnya. Hahaha. Enggak, tentang cinta itu selingan aja. Ngopi berarti ada isu yang dibahas. Mulai politik, budaya, sastra dan lain-lain.

Tapi, malam mingguku dalam 2 tahun terakhir ini tidak banyak kuhabiskan di luar. Aku lebih suka nangkring di kos. Iya sih awal 2012 hingga pertengahan 2013 aku cukup sering menghabiskannya dengan rapat organisasi. Tapi sekarang sudah nyaman di kosan. Bagiku malam minggu sama saja dengan malam-malam lainnya. Tidak begitu ‘wah’ lagi. Hanya kalau diajak saja aku mau pergi, kalau tidak ya tidak. Nah, ngapain aja di kosan? Aku sendiri kadang main game, baca buku, nulis, browsing, nonton bola (kadang juga nonbar dengan Bigreds Malang) dan yang paling mujarab: tidur. Tapi, selain itu, hal yang paling kusenangi adalah ngopi sendirian di kamar (bertiga lah paling rame). Entah seperti apa jelaskannya, tapi memang menikmati secangkir/dua cangkir kopi saat malam minggu itu sungguh berbeda rasanya. Ada kenikmatan yang terselubung. Pernah coba? Kebanyakan orang pernah. Dan tidak sedikit dijadikan kebiasaan. 

Syahdan, sebagai laki-laki yang terus saja single, aku tidak dipusingkan dengan jalan-jalan dengan pacar kesana-kemari. Atau sekedar menelpon semalaman suntuk. Jadi ya begitu saja. Kadang membosankan. Tapi, yaa juga menyenangkan. Apa malam minggu masih jadi “Malam yang panjang”? Ya masih. Malam yang panjang untuk diisi dengan aktivitas dan malam yang nyaman juga untuk istirahat.
Selamat menikmati malam minggu.

Malang, 1 Februari 2014
Aqsha Al Akbar

No comments:

Post a Comment

Silahkan komen yaa