Kadang
pikiran bergerak di luar dugaan. Ia bisa sangat jauh melangkah ke depan, seolah
berlomba dengan zaman. Sebaliknya juga pikiran cenderung memilih mengoleksi
ribuan kisah masa lalu dan membawanya pada peraduan. Saat berada jauh di depan,
yang melintas pada imajinasi tentu gambaran tentang bagaimana kehidupan penuh
misteri. Spekulasi tentu berada di baris terdepan. Mencoba menerangkan keluguan
umur yang sepertinya memang belum pantas berpetualang di sana.
Saat
bernostalgia, lain pula ceritanya. Seringnya perasaan melankolis saling
menjamah. Mengajak hidup yang sedang berjalan untuk sesekali peduli pada masa
lalu. Sah-sah saja menurutku. Namun, yang membikin getir ketika kenangan pahit
justru diabadikan lewat kisah yang ditulis dalam syair monumental.
Memang
penyesalan tidak pernah diharapkan. Setidaknya bagi kebanyakan orang. Karena ia
bukan saja mampu merubuhkan semangat baru. Namun, sedikit yang mencoba mengerti
tentang arti hadirnya sesal. Saat merancang masa depan, ternyata penyesalan
juga mampu membayangi masa depan. Sisi paradoksal yang ia kemukakan mampu
membuat pikiran lebih waspada. Setidaknya menjadikannya sebagai pembelajaran. Tidak
jarang kesuksesan dilahirkan dari benih penyesalan.
Ah,
dua sisi berlawanan itu memang selalu menimbulkan dinamika yang penuh kejutan. Masa
lalu dan masa depan saling berkontradiksi mencoba memberi petuah terbaik bagi
kehidupan masa kini. Lebih dari itu, kedua sisi tersebut acap memberikan
beraneka gagasan baru.
Akhirnya,
penyajian kedua plot berbeda latar tersebut menimbulkan paradigma tersendiri
bagi siapa pun yang merasakannya. Sementara kehidupan saat ini, hendaknya
disiapkan menjadi lebih baik. Kiranya menjadi refleksi yang mampu mengayunkan asa
dan impian menjadi sesuatu yang bernilai dari kepingan kebijaksanaan.
Malang, 27 Februari 2014
Aqsha Al Akbar
No comments:
Post a Comment
Silahkan komen yaa