Thursday 27 February 2014

Refleksi Dua Sisi

Mengorek kisah lama merupakan hal yang menarik bagiku. Untuk sekedar menyapa kisah yang menua dan mengingatnya sebagai penghangat jiwa. Ada kesenangan yang mencuat kala digelitik oleh kenangan. Ada juga rasa sedih bernafas sesal yang terpendam saat ingatan dicabik oleh kesia-siaan lampau. Ah, inilah hidup. Keinginan untuk mengingat suatu kenangan dan melahirkan rasa-rasa baru (yang sebenarnya lama) bukan sesuatu yang dapat dihindarkan. Memang begitu sepertinya.



Kadang pikiran bergerak di luar dugaan. Ia bisa sangat jauh melangkah ke depan, seolah berlomba dengan zaman. Sebaliknya juga pikiran cenderung memilih mengoleksi ribuan kisah masa lalu dan membawanya pada peraduan. Saat berada jauh di depan, yang melintas pada imajinasi tentu gambaran tentang bagaimana kehidupan penuh misteri. Spekulasi tentu berada di baris terdepan. Mencoba menerangkan keluguan umur yang sepertinya memang belum pantas berpetualang di sana.

Saat bernostalgia, lain pula ceritanya. Seringnya perasaan melankolis saling menjamah. Mengajak hidup yang sedang berjalan untuk sesekali peduli pada masa lalu. Sah-sah saja menurutku. Namun, yang membikin getir ketika kenangan pahit justru diabadikan lewat kisah yang ditulis dalam syair monumental.

Memang penyesalan tidak pernah diharapkan. Setidaknya bagi kebanyakan orang. Karena ia bukan saja mampu merubuhkan semangat baru. Namun, sedikit yang mencoba mengerti tentang arti hadirnya sesal. Saat merancang masa depan, ternyata penyesalan juga mampu membayangi masa depan. Sisi paradoksal yang ia kemukakan mampu membuat pikiran lebih waspada. Setidaknya menjadikannya sebagai pembelajaran. Tidak jarang kesuksesan dilahirkan dari benih penyesalan.

Ah, dua sisi berlawanan itu memang selalu menimbulkan dinamika yang penuh kejutan. Masa lalu dan masa depan saling berkontradiksi mencoba memberi petuah terbaik bagi kehidupan masa kini. Lebih dari itu, kedua sisi tersebut acap memberikan beraneka gagasan baru. 

Akhirnya, penyajian kedua plot berbeda latar tersebut menimbulkan paradigma tersendiri bagi siapa pun yang merasakannya. Sementara kehidupan saat ini, hendaknya disiapkan menjadi lebih baik. Kiranya menjadi refleksi yang mampu mengayunkan asa dan impian menjadi sesuatu yang bernilai dari kepingan kebijaksanaan.



Malang, 27 Februari 2014
Aqsha Al Akbar 

No comments:

Post a Comment

Silahkan komen yaa