Monday 17 February 2014

Never Surrender




Pagi dini hari aku terbangun dari tidur. Setelah tidur seharian karena kelelahan sejak kemarin. Saat itu pukul 2.30 pagi. Kebiasaanku saat bangun tidur adalah mengecek BB, karena memang aku tidur kayak orang mati, khawatir saja kalau ada yang menghubungi. Cukup kaget melihat pesan yang masuk, pertama dari Angga yang menanyakan kabarku di sini. 


“@Aqsha_AA bagaimana kondisi anda di sana?” 

Tidak segera aku balas. Palingan cuma sekedar sapa. Kemudian cek pesan bbm, dari adikku mengirim pesan begini.

“Di kos abang kena hujan abu?” Aku bingung maksudnya. Karena memang aku masih kurang begitu sadar. Reflek aku lihat timeline di twitter, isinya sudah penuh dengan berita Gunung Kelud meletus. Aku tahu, memang Gunung Kelud ada di dekat Malang. Yang membuat khawatir, kota Batu yang jaraknya hanya 13 menit dari kosku (karena letak kosku agak ke pinggir mengarah ke kota Batu) sudah diguyur hujan abu. 

Alhamdulillah sejak berita itu, dari wilayah Sengkaling ke bagian timur kota malang, hujan abu vulkanik tidak turun. Namun yang membuat aku tidak nyaman sebenarnya bukan tentang meletusnya Gunung Kelud. Tapi sesuatu dari dalam perutku sangat sakit. Betul-betul sakit. 

Bahkan saat berjalan saja luar biasa sakitnya. Terlebih saat aku sedang sholat Jumat kemarin, alih-alih hendak fokus beribadah, aku malah menahan sakit. Terlebih saat bangkit berdiri setelah sujud. Perut bagian kanan-kiri bawah terasa nyeri. Karena aku pikir ini cuma masuk angin atau maag, aku minum promag dan kuoleskan perutku dengan minyak kayu putih (minyak yang paling tidak aku suka). Seharian sampai malamnya, aku tidak merasa baikan. 

Keadaannya justru sebaliknya, perutku bertambah sakit. Rasa-rasanya berjalan saja memang tidak bisa. Mirip seperti bocah yang baru selesai disunat atau wanita yang sedang hamil. Alhasil, aku hanya bisa berbaring lemah di atas kasur. Temanku Galang yang melihat itu menjadi khawatir, dia bilang mungkin ada masalah ginjal. Karena dia sempat mengalami masalah ginjal yang terdapat kristal kecil dalam perutnya. Mirip dengan sakit yang ada pada bagian perutku. Aku masih tidak percaya, namun mau juga minum obat yang terbuat dari kelapa (minyak kelapa) kalau tidak salah. Tapi, tidak ada hasil. Sakit itu tetap ada.

Keesokan pagi, aku sudah tidak kuat lagi. Kuhubungi adikku untuk jemput dan membawa aku ke dokter. Dengan langkah kaki yang teramat pelan dan kesusahan, kali ini lebih mirip seorang kakek-kakek tua yang bongkok, aku berjalan menuju ruang pemeriksaan dokter umum. 

“Silahkan berbaring dulu,” ucap pak dokter yang menerimaku.

“Saudara Aqsha, ya?” Tanyanya memastikan sambil membaca dokumen pendaftaranku. Aku mengangguk. Lalu dia bertanya apa keluhanku.

“Perut saya sakit di bagian bawah ini, Dok,” ucapku meringgis.

“Bagian mana saja? Kanan bawah perut ini? Seperti apa sakitnya?” Ia mengecek sambil memencet-mencet posisi perutku yang nyeri.

“Rasanya kayak apa ya? Bingung bilangnya. Tapi, pokoknya nyeri. Bukan kayak mules atau masuk angin. Bukan di perut bawah kanan saja dok, tapi bagian kiri bawah juga. Sakitnya pun menjalar sampai ke pinggang belakang. Iya, pinggang kiri kanan belakang,” keluhku padanya.

Kulihat air mukanya berubah. Kelihatan dokter itu sedang berpikir keras. Kemudian ditancapkan stetoskop ke perutku. 

“Sakit di sini? Hmm.. Iya, di sini memang kontraksinya besar sekali. Ada makan apa sebelumnya, pedas atau gimana?” Tanya pak dokter.

“Sebelum tidur saya memang makan dua porsi nasi. Tidak terlalu pedas.” Lalu Ia mengangguk dan mengajakku duduk di depan mejanya.

“Begini, saya belum tahu itu apa. Tapi, kemungkinan karena kecapekan atau salah makan. Saya akan kasih obat untuk menghilangi nyeri. Atau, mau cek darah dan urin dulu di laboratorium? Biar ada gambaran mengenai penyakitnya.” Tanpa pikir panjang, aku setuju atas usulannya.

Setelah aku disuntik dan tes urin, setengah jam kemudian hasilnya keluar. Lalu dokter tersebut menjelaskan padaku hasilnya.
Hasil tes lab

“Ini mas, kalau darah normal. Tapi, untuk urin, ada masalah. Ini Leukosit Urine nilainya positif (+) dari normal yang negatif (-). Artinya ada kandungan darah dalam urin. Kemudian ini Eritrosit Sedimen nilainya 3-5 dari normalnya negatif (-). Artinya mungkin terdapat infeksi pada kantung kemih , yaa... mungkin terdapat batu ginjal. Lalu, ini terdapat bakteri sedimen berupa positif (+) kokus,” jelasnya padaku.

Di tengah ketakutan akan sakit pada ginjal, akhirnya diputuskan akan dilakukan pemeriksaan lanjutan lima hari setelah pemeriksaan hari itu disertai obat-obatan. Ya, aku diminta datang kembali untuk melakukan scanning USG.

Dalam hati aku hanya bisa pasrah. Di usia muda begini, apa mungkin aku sudah memiliki masalah serius pada ginjal? Hanya pada Allah aku berlindung. Menyerah? Never! Aku tetap akan beraktivitas. Semangatku sedang tinggi, hal ini tentu bukan alasan untuk menjadi penghalang bagiku meraih sukses.

 Allah selalu tahu kebaikan untuk umatNya.

Malang, 17 Februari 2014
Aqsha Al Akbar

4 comments:

  1. pasrahkan semuanya pada Allah, dialah pemilik segalanya

    ReplyDelete
  2. jadi inget sama tetanggaku mas..sebaiknya dimulai dg sering minum air putih dan menyingkirkan minuman berwarna..cpt sembuh ya mas!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasi saran dan doanya bu. Semoga Ibu sehat selalu.

      Delete

Silahkan komen yaa