Aku
terbangun dari tidurku. Kubuka jendela kamarku yang menghadap ke tembok,
jaraknya pun tak sampai 70 cm. Tapi, cukup untuk mengetahui keadaan hari.
Kulihat pecahan cahaya menjilati sisi atas kanan kamarku. Siang. Aku bangun
terlambat. Lagi. Kucoba mengingat mimpi apa yang menjagaku seharian. Sirna. Biarlah.
Kutuangkan
air putih dari gallon minum ke cangkir. Kuteguk perlahan sambil menuju pojok
kasur dan bersandar pada dinding yang mengokohkan kamarku. Sambil memainkan
jari-jari, sayup-sayup kudengar suara dari balik kamarku. Nyanyian. Jelas, itu
suara Han sedang menyanyi sambil bermain gitar.
Sudah
siang tertawa sebelum kau pulang
Aku
datang membawa sebuah cerita
Aaa jangan menangis dan bersedih
hati…
Maka
bangkitlah aku keluar kamar dan berjalan sempoyongan menuju sumber nyanyian
itu. Han masih asik menikmati lagunya. Mengetahui kedatanganku yang hanya diam
di pintunya yang setengah terbuka, Ia hanya tersenyum seraya tetap bernyanyi. Pelan-pelan
kuikuti juga kemana nada itu berlari dan menari. Dan bersenandung lah aku dalam
batin yang sedari tadi belum jua bangun dari lelapnya. Sepenggal lagu di atas
adalah lagu milik Han. “Ketawa” judul lagunya.
Ya,
Han adalah musisi yang kebetulan nyasar di kosku hingga aku berkenalan
dengannya. Ia telah lama bermain musik. Telah lama pula Ia mewarnai dunia
dengan alunan nadanya. Hanya saja, tidak banyak yang tahu siapa Han. Karena memang
blantika music tanah air belum lagi berkenalan dengannya.
Sebelum
berada di Malang, Ia telah bermain music dengan beberapa Band di daerah
asalnya, Mataram, NTB. Pada masa-masa itu, Ia telah banyak meraih prestasi.
Hampir di setiap festival, Ia dan bandnya kerap menjadi juara. Namanya pun dikenal
dengan baik di kota yang dihuni oleh mayoritas Suku Sasak tersebut. Salah satu
prestasi tertingginya adalah ketika Ia dan bandnya masuk semifinal tingkat
Regional pada festival Indomie Jingle Dare.
Di
Malang sendiri, Ia tetap melanjutkan semangat bermusiknya. Sudah banyak lagu
yang Ia ciptakan. Maka, pada tanggal 1 September 2012 Ia membentuk sebuah Duet
bersama Galang Hong dengan nama Biang Lala.
Apa yang Anda pikirkan kalau melihat sebuah Bianglala? Sebuah mesin yang bisa memutarkan
kotak-kotak dengan poros yang berbentuk lingkaran? Atau sebuah wahana
wisata yang dapat dinikmati untuk melihat pemandangan yang berada di bawahnya?
Apa pun jawabannya, kelahiran Biang Lala sebagai sebuah grup musik memiliki
pandangan tersendiri. Han, tuturnya sekali waktu, “Warna-warni yang terdapat
pada Bianglala, menyiratkan kita pada suatu hal; warna dalam kehidupan adalah
anugerah. Banyaknya warna bukan berarti memisahkan kita dari satu warna ke
warna yang lain. Ia, warna, dengan kemampuannya mengajarkan kita untuk melihat
perbedaan dalam beraneka ragam pikiran, rasa dan selera.” Ya, singkatnya Biang
Lala adalah sebuah media yang menghadiahkan ragam warna pada kehidupan. Cukup menambahi
makna pada warna, maka berarti lah suatu kehidupan.
Han
sejatinya sudah memiliki banyak koleksi lagu ciptaannya. Sebagian besar lagu
sudah ditulis semasa Ia mengenyam pendidikan di bangku SMA. Lagu-lagu yang Ia
ciptakan erat sekali dengan nuansa kesehariannya. Dengan background musiknya yang beraliran Rock n’ Roll, tak ayal Ia pun
menyematkan kekuatan dari genre tersebut hampir di setiap lagunya. The Beatles
dan Rolling Stone adalah band favoritnya. Terutama The Beatles. Dapat dibilang,
band yang mendunia pada decade 60an ini begitu mempengaruhinya dalam bermusik.
Di
Indonesia sendiri, Ia juga memiliki kekaguman pada beberapa grup musik. Namun,
yang paling dikagumi olehnya adalah Slank dan penyanyi legendaris Iwan Fals,
sehingga dapat dirasakan jelas perpaduan musik balada bergaya Rock n’ Roll.
Sebanyak 50 CD yang dirilis saat Launching |
Aksi Han dan Galang saat Launching album perdana |
Orkes-Han-Kestra
Disebabkan
oleh beberapa factor, akhirnya Biang Lala dibubarkan seiring dengan keluarnya
Galang Hong dari grup tersebut. Galang sendiri lebih memfokuskan diri pada
kegiatan teater dan film indie. Hal ini, awalnya cukup membuat Han kerepotan. Namun,
dengan Han yang kini tinggal sendirian, tidak lantas membuatnya mundur dalam
bermusik. Ia tetap konsisten dalam bermusik. Tetap lahir karya-karya baru dari
Han. Suatu hal yang akhirnya membawa Han memilih menjadi Solo Musician.
Akhirnya,
sekitar bulan Mei/Juni Han membentuk identitas baru dalam bermusiknya dengan
nama Orkes-Han-Kestra. Sama halnya
dengan Biang Lala sendiri, pemilihan nama Orkes-Han-Kestra juga memiliki makna.
Orkes, sebagaimana yang kita ketahui merupakan nama lain dari kelompok musik. Sedang
‘Han’ tidak lain merupakan tokoh dalam kelompok tersebut. Sedangkan ‘Kestra’
merupakan singkatan dari kesejahteraan rakyat. Lalu apa makna keseluruhannya? Aku
sendiri sebenarnya cukup bingung. Tapi, kira-kira begini: Meski kita
mengetahui, lumrahnya Orkes adalah kumpulan dari beberapa orang yang membentuk
grup musik, pada sisi yang lain kita pun dapat mengartikan bahwa elemen
terpentingnya adalah instrument itu sendiri. Sisi ini lah yang dikemukakan oleh
Han. Instrument musik, tidak boleh dilihat sebagai sebuah benda yang dapat
mengeluarkan bunyi saja, tetapi lebih dari itu, ia kiranya menjadi unsur yang
menghidupkan kehidupan. Penambahan kata ‘Kestra’ lebih pada penguatan makna,
bahwa kualitas suatu kehidupan tidak esensial tanpa dialiri rasa yang hakiki;
suka dan bahagia. Dengan kata lain, Han mencoba menjadikan Orkes-Han-Kestra
sebagai api dan semangatnya dalam menggapai kesuksesan bermusik.
Saat
ini, Orkes-Han-Kestra sendiri sedang menggarap album kedua. Berbeda dengan
album perdana yang dirilis dengan konsep yang amat sangat sederhana, maka di
album kedua ini Han mulai merekamnya di studio rekaman dengan proses mixing pada lagu-lagunya. Tentunya, hal
tersebut akan berlangsung cukup lama, mengingat keterbatasan alokasi biaya
dalam pembuatan album kedua ini.
Berbarengan
dengan proses rekaman yang sedang berlangsung, Orkes-Han-Kestra tetap eksis di
atas panggung. Pada 27 Juni 2013 lalu, Ia juga diundang untuk ambil bagian
dalam festival yang digelar di Gazebo Universitas Brawijaya Malang. Ia berada
satu panggung bersama Knee & Toes, Yohana ‘X-Factor’, Depapepe Malang dan
Bayu Skak. Selain itu, bersama Galang Hong –yang kini menjadi Musisi Pendukung-,
setiap malam minggu Orkes-Han-Kestra rutin mengisi acara di Mbambes Coffee yang
beralamat di Tlogomas, depan bengkel Suzuki.
Diskografi
Album : OPS. SISIR BIRU
Lagu :
-
Ketawa (lirik/lagu: Han)
-
Monas (lirik/lagu: Han)
-
Profesor Doktor (lirik/lagu: Han)
-
Tia Jelek (lirik/lagu: Han)
-
Sisir Biru (lirik/lagu: Han)
-
Rindu Jadi Arang (lirik/lagu: Han)
-
I Love You So (lirik/lagu: Han)
-
Angen Sedaq Sie (lirik/lagu: Galang & Han)
Malang,
2 Februari 2014
Aqsha
Al Akbar
No comments:
Post a Comment
Silahkan komen yaa