Sunday 2 February 2014

ORKES-HAN-KESTRA



Aku terbangun dari tidurku. Kubuka jendela kamarku yang menghadap ke tembok, jaraknya pun tak sampai 70 cm. Tapi, cukup untuk mengetahui keadaan hari. Kulihat pecahan cahaya menjilati sisi atas kanan kamarku. Siang. Aku bangun terlambat. Lagi. Kucoba mengingat mimpi apa yang menjagaku seharian. Sirna. Biarlah.

Kutuangkan air putih dari gallon minum ke cangkir. Kuteguk perlahan sambil menuju pojok kasur dan bersandar pada dinding yang mengokohkan kamarku. Sambil memainkan jari-jari, sayup-sayup kudengar suara dari balik kamarku. Nyanyian. Jelas, itu suara Han sedang menyanyi sambil bermain gitar. 

Sudah siang tertawa sebelum kau pulang
Aku datang membawa sebuah cerita
Aaa jangan menangis dan bersedih hati…

Maka bangkitlah aku keluar kamar dan berjalan sempoyongan menuju sumber nyanyian itu. Han masih asik menikmati lagunya. Mengetahui kedatanganku yang hanya diam di pintunya yang setengah terbuka, Ia hanya tersenyum seraya tetap bernyanyi. Pelan-pelan kuikuti juga kemana nada itu berlari dan menari. Dan bersenandung lah aku dalam batin yang sedari tadi belum jua bangun dari lelapnya. Sepenggal lagu di atas adalah lagu milik Han. “Ketawa” judul lagunya.

Ya, Han adalah musisi yang kebetulan nyasar di kosku hingga aku berkenalan dengannya. Ia telah lama bermain musik. Telah lama pula Ia mewarnai dunia dengan alunan nadanya. Hanya saja, tidak banyak yang tahu siapa Han. Karena memang blantika music tanah air belum lagi berkenalan dengannya.

Sebelum berada di Malang, Ia telah bermain music dengan beberapa Band di daerah asalnya, Mataram, NTB. Pada masa-masa itu, Ia telah banyak meraih prestasi. Hampir di setiap festival, Ia dan bandnya kerap menjadi juara. Namanya pun dikenal dengan baik di kota yang dihuni oleh mayoritas Suku Sasak tersebut. Salah satu prestasi tertingginya adalah ketika Ia dan bandnya masuk semifinal tingkat Regional pada festival Indomie Jingle Dare.

Di Malang sendiri, Ia tetap melanjutkan semangat bermusiknya. Sudah banyak lagu yang Ia ciptakan. Maka, pada tanggal 1 September 2012 Ia membentuk sebuah Duet bersama Galang Hong dengan nama Biang Lala. 


Biang Lala
Pamflet Launching album perdana
           Apa yang Anda pikirkan kalau melihat sebuah Bianglala? Sebuah mesin yang bisa memutarkan kotak-kotak dengan poros yang berbentuk lingkaran? Atau sebuah wahana wisata yang dapat dinikmati untuk melihat pemandangan yang berada di bawahnya? Apa pun jawabannya, kelahiran Biang Lala sebagai sebuah grup musik memiliki pandangan tersendiri. Han, tuturnya sekali waktu, “Warna-warni yang terdapat pada Bianglala, menyiratkan kita pada suatu hal; warna dalam kehidupan adalah anugerah. Banyaknya warna bukan berarti memisahkan kita dari satu warna ke warna yang lain. Ia, warna, dengan kemampuannya mengajarkan kita untuk melihat perbedaan dalam beraneka ragam pikiran, rasa dan selera.” Ya, singkatnya Biang Lala adalah sebuah media yang menghadiahkan ragam warna pada kehidupan. Cukup menambahi makna pada warna, maka berarti lah suatu kehidupan.

Han sejatinya sudah memiliki banyak koleksi lagu ciptaannya. Sebagian besar lagu sudah ditulis semasa Ia mengenyam pendidikan di bangku SMA. Lagu-lagu yang Ia ciptakan erat sekali dengan nuansa kesehariannya. Dengan background musiknya yang beraliran Rock n’ Roll, tak ayal Ia pun menyematkan kekuatan dari genre tersebut hampir di setiap lagunya. The Beatles dan Rolling Stone adalah band favoritnya. Terutama The Beatles. Dapat dibilang, band yang mendunia pada decade 60an ini begitu mempengaruhinya dalam bermusik. 

Di Indonesia sendiri, Ia juga memiliki kekaguman pada beberapa grup musik. Namun, yang paling dikagumi olehnya adalah Slank dan penyanyi legendaris Iwan Fals, sehingga dapat dirasakan jelas perpaduan musik balada bergaya Rock n’ Roll. 

Sebanyak 50 CD yang dirilis saat Launching
Syahdan pada tanggal 2 Maret 2013, Ia dan Biang Lala-nya merilis sebuah album berjudul “OPS. SISIR BIRU”. Bertempat di Art Rock CafĂ©, Dinoyo, Malang, hari bersejarah itu dilaksanakan dengan konsep yang sangat sederhana. Aku sendiri hadir di acara tersebut (sebagai juru foto amatiran). OPS. Sisir Biru sendiri dipilih bukan tanpa makna. Judul itu dipilih dibarengi dengan filosofi bermusik yang ideal. Ideal dikarenakan, musik yang merupakan bagian terpenting pada sebuah seni, sejatinya diciptakan untuk mengisi kehidupan dengan nafas-nafas kemanusiaan. Demikian pula OPS. Sisir Biru, berharap atau setidaknya mengajak kita untuk menyingkirkan debu-debu dalam kehidupan. 

Aksi Han dan Galang saat Launching album perdana
Karena memang, Biang Lala sendiri dibentuk dengan segala kekurangan. Kendala-kendala (baca: debu-debu) yang mewarnai proses mereka membikin sebuah album, sedikit banyak memberi dampak pada karya yang dihasilkan. Alhasil, lagu-lagu yang dimuat dalam sebuah CD ini ibarat ‘musik kamar’. Sangat sederhana. Namun, kita tetap merasakan perpaduan yang klasik antara Rock n’ Roll dan music balada ala Iwan Fals. Dan, ketika akan mendengar lagu-lagu tersebut, kita tidak diharapkan untuk mendengar deretan lagu yang sudah dipoles dengan proses mixing yang rumit serta bunyi yang ‘bersih’. Melainkan, kumpulan lagu yang direkam dengan alat seadanya tanpa perlu masuk ke studio rekaman. Namun, inilah pesan yang dapat kita tangkap dari album tersebut. Inilah gambaran sebuah proses. Inilah jalan rintisan. Album ini ibarat isyarat bagi siapa pun yang mendengarkan, bahwa kita pun dapat merasakan debu-debu yang melekat pada Biang Lala sekaligus kita juga dapat ‘menyapu’ debu tersebut melalui sebuah karya musik yang ideal. Suatu hal yang perlu kita apresiasi, tentunya.

Orkes-Han-Kestra
Disebabkan oleh beberapa factor, akhirnya Biang Lala dibubarkan seiring dengan keluarnya Galang Hong dari grup tersebut. Galang sendiri lebih memfokuskan diri pada kegiatan teater dan film indie. Hal ini, awalnya cukup membuat Han kerepotan. Namun, dengan Han yang kini tinggal sendirian, tidak lantas membuatnya mundur dalam bermusik. Ia tetap konsisten dalam bermusik. Tetap lahir karya-karya baru dari Han. Suatu hal yang akhirnya membawa Han memilih menjadi Solo Musician.

Akhirnya, sekitar bulan Mei/Juni Han membentuk identitas baru dalam bermusiknya dengan nama Orkes-Han-Kestra.  Sama halnya dengan Biang Lala sendiri, pemilihan nama Orkes-Han-Kestra juga memiliki makna. Orkes, sebagaimana yang kita ketahui merupakan nama lain dari kelompok musik. Sedang ‘Han’ tidak lain merupakan tokoh dalam kelompok tersebut. Sedangkan ‘Kestra’ merupakan singkatan dari kesejahteraan rakyat. Lalu apa makna keseluruhannya? Aku sendiri sebenarnya cukup bingung. Tapi, kira-kira begini: Meski kita mengetahui, lumrahnya Orkes adalah kumpulan dari beberapa orang yang membentuk grup musik, pada sisi yang lain kita pun dapat mengartikan bahwa elemen terpentingnya adalah instrument itu sendiri. Sisi ini lah yang dikemukakan oleh Han. Instrument musik, tidak boleh dilihat sebagai sebuah benda yang dapat mengeluarkan bunyi saja, tetapi lebih dari itu, ia kiranya menjadi unsur yang menghidupkan kehidupan. Penambahan kata ‘Kestra’ lebih pada penguatan makna, bahwa kualitas suatu kehidupan tidak esensial tanpa dialiri rasa yang hakiki; suka dan bahagia. Dengan kata lain, Han mencoba menjadikan Orkes-Han-Kestra sebagai api dan semangatnya dalam menggapai kesuksesan bermusik.

Saat ini, Orkes-Han-Kestra sendiri sedang menggarap album kedua. Berbeda dengan album perdana yang dirilis dengan konsep yang amat sangat sederhana, maka di album kedua ini Han mulai merekamnya di studio rekaman dengan proses mixing pada lagu-lagunya. Tentunya, hal tersebut akan berlangsung cukup lama, mengingat keterbatasan alokasi biaya dalam pembuatan album kedua ini.

Berbarengan dengan proses rekaman yang sedang berlangsung, Orkes-Han-Kestra tetap eksis di atas panggung. Pada 27 Juni 2013 lalu, Ia juga diundang untuk ambil bagian dalam festival yang digelar di Gazebo Universitas Brawijaya Malang. Ia berada satu panggung bersama Knee & Toes, Yohana ‘X-Factor’, Depapepe Malang dan Bayu Skak. Selain itu, bersama Galang Hong –yang kini menjadi Musisi Pendukung-, setiap malam minggu Orkes-Han-Kestra rutin mengisi acara di Mbambes Coffee yang beralamat di Tlogomas, depan bengkel Suzuki.

Diskografi
Album             : OPS. SISIR BIRU
Lagu                :
-          Ketawa (lirik/lagu: Han)
-          Monas (lirik/lagu: Han)
-          Profesor Doktor (lirik/lagu: Han)
-          Tia Jelek (lirik/lagu: Han)
-          Sisir Biru (lirik/lagu: Han)
-          Rindu Jadi Arang (lirik/lagu: Han)
-          I Love You So (lirik/lagu: Han)
-          Angen Sedaq Sie (lirik/lagu: Galang & Han)

Malang, 2 Februari 2014
Aqsha Al Akbar

No comments:

Post a Comment

Silahkan komen yaa