Tuesday 7 January 2014

Tahun Yang Kutinggalkan

Aku tidak meniup terompet atau mengatakan "Happy New Year" di penghujung tahun lalu. Sedikit saja kulihat kembang api berdansa di pekatnya langit, sebelum hujan berperan diujung malam. Sore di hari terakhir 2013, aku justru tertidur. Entah, aku hanya tidak bersemangat menyambut gempita tahun baru. Tidak ada rencana pesta atau perayaan. Sesuatu yang sudah kulakukan sejak awal tahun 2013 lalu. Bagiku, hari ini atau hari esok, tahun ini atau tahun esok, adalah rangkaian kepastian. Yang membuat beda hanyalah manusia, ya aku.

Berjuta lakon kupentaskan. Beribu kolaborasi kuciptakan. Beratus klimaks kugetarkan. Agaknya menjadi drama yang fantastis. Namun, 2013 sesungguhnya tahun rintisan. Lakon yang kupentaskan tak semegah yang kubayangkan. Kolaborasi yang kuciptakan tak seharmoni yang kudambakan. Klimaks-ku pun tak terlalu menggetarkan kehidupanku. Ya, 2013 hanyalah tahun rintisan.


Leaving
Segera setelah kumasuki 2014, segera pula kutinggalkan cerita 2013. Aku tidak menyukai bagaimana aku bermetamorfosa di tahun itu. Terlalu banyak jalan yang harus kulalui, terlalu banyak fokus yang harus kubagi. Aku gamang. Terkadang, aku meledak dengan segala senyuman dan kebanggaan. Namun, di saat yang sama aku terjerembat dan berpangku duka. Aku dibunuh berkali-kali. Kucoba, walau pelan, untuk bangkit. Namun, kisah jauh lebih berkuasa atas diriku. Hingga cerita mengisahkanku sebagai sosok yang mati. Tergeletak tanpa sekeliling nasib meraihku.

Reinkarnasi. Entah benar atau tidak, aku mengalami reinkarnasi kembali. Kali ini aku tidak tahu entah reinkarnasi keberapa aku hidup kembali. Namun, kehidupan meyakinkanku, tinggalkan sosok matiku. Cukup tinggalkan.

Missing
Aku tetap manusia. Reinkarnasi tetap reinkarnasi. Selalu ada memori yang mengambang dan kadang menghinggapi pikiran untuk sejenak bernostalgia. Belum, aku belum sempat menimang kenangan di awal reinkarnasi-ku ini. Tapi, sungguh pasti kan kurasakan sekelabat kenangan menjemputku untuk sekedar menemani senjaku. Atau sekedar untuk menamparku demi kerendahan hati.

Mati, tidak akan selalu sama dengan terlupakan atau melupakan. Sosok mati selalu memiliki kuasa dan hak untuk dihidupkan, meskipun sejenak dalam ingatan. Tidak mengapa, karena hidup memang multi-dimensi. Dan waktu adalah dimensi tanpa batas dalam setiap nadi kehidupan.

Letting
Tidak semua orang rela meninggalkan momen-momen dalam hidupnya. Walau duka mengaliri darahnya. Walau suka menghiasi semburat senyum di wajahnya. Namun, tidak bagiku. Untuk kedua kalinya dalam hidupku, aku membiarkan masa lalu berjalan begitu saja. Ia telah cukup dewasa untuk menentukan langkah. 

Melepaskan masa lalu tidak mudah, memang. Karena tidak sedikit masa lalu bertingkah manja ingin terus dikeloni; walau tahu hidup terlalu berat untuk menanggun bebannya. Tidak, aku tidak akan menyisakan satu pun tempat bagi masa lalu berkendara bersamaku. Ia telah cukup untuk mencari laju mana yang kan ditempuh. Kini bagiku hanya satu laju, tujuan satu. 

Finding
Karena sejatinya aku melepaskan untuk menerima. Aku tentu tidak akan bisa menerima jika aku telah menyimpan sesuatu. Beban dan masa lalu adalah sesuatu yang kutinggalkan, kulepaskan. Kini diri telah siap untuk menemukan sesuatu yang hakiki. Walau kutahu, tak akan cukup untuk menjadikannya alasan sebagai pengampunan diri. Biarlah, aku telah bosan didikte oleh kehidupan. Biarlah, kucari cara bagaiamana selayakanya aku dapat mendikte kehidupan, kehidupanku. Ini bukan tentang metamofosa lagi. Juga bukan tentang lakon lagi. Ini tentang fase penentu, fase yang krusial, fase yang menyedia pada pilihan. Fase ini ibarat mencari peta yang tepat. Agar tahu, kemana arah kan kutuju. 

Raising, Rising, Living
Sudah mahfum kiranya, roda kehidupan akan menempatkan manusia di atas atau di bawah. Periode ini yang kujadikan momentum bagaimana aku harus menahkodai kehidupan menuju ke jalan yang benar. Karena, pada akhirnya aku harus mengangkat diriku. Dengan apa pun itu. Bangkit. Entah keberapa kalinya, hanya perlu bangkit! 
Bangkit hanya untuk satu tujuan. Bangkit untuk menyinari sisi gelap hidupku. Bangkit hanya demi mencapai sebuah kehidupan. Hanya sesederhana itu.

Malang, 7 Januari 2014
Aqsha Al Akbar

No comments:

Post a Comment

Silahkan komen yaa