Wednesday 1 February 2023

Trias

Tujuh menit aku duduk di cafe itu
Salah pesan menu, kubiarkan.
Kau berjalan, ada cahaya yang saling melempar dari balik kaca matamu dan lapis jendela cafe itu
Nyatanya aku terdiam dan terpukau
Berusaha menangkap kejantananku yang sedikit goyah, pada ujung gelas affogato

Kau menyeringai, sembari melepas masker
"Apa kabar?" katamu. Retorik sekali, setelah kau terlambat menuang waktu yang sudah kita sepakati
Tak jadi soal.
Toh kita setuju mengutuk band cafe yang berisik itu, yang mendistorsi percakapan kita sampai harus setengah teriak.

Kau menjadi pelita, di antara garis remang cahaya tepi jalanan itu
Menguasai pikiranku untuk memetik romansa baru.

Langit masih saja menggantungkan nyawa.
Kita membicarakan hal yang khayali.
Kita memotong udara dengan nuansa rindu.
Yang kita pupuk sebelum bertemu.
Meski seminggu yang lalu kita berbeda ruang dan waktu.

Nyatanya aku mengenang malam itu.
Membawanya pada bilik sepi yang telah lama kukosongkan. 
Menjadikan dirimu bernafas di Jakartaku.
Nama yang selalu kunikmati dan kubanggakan pada setiap peluh keringat dimana aku kan memperjuangkanmu.

Tetaplah di sini. 
Bersamaku.


Jakarta, 13 Desember 2022
Aqsha Al Akbar

No comments:

Post a Comment

Silahkan komen yaa