Sunday 1 December 2013

World Aids Day | Ironi

HIV/AIDS - Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)

Hari ini, 1 Desember 2013, peringatan Hari Aids Sedunia sedang berlangsung. Berbagai organisasi, LSM, Institusi dan kalangan masyarakat luas turun aksi baik unjuk rasa di jalan, menggelar bakti sosial dan lain sebagainya.  Peringatan Hari Aids Sedunia ini juga disikapi beraneka ragam oleh masyarakat. Fokus isunya juga cenderung berbeda. Ada yang fokus mengenai penanganan sosial terkait ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), perkembangan interaksi sosial sebagai penyebab, metode pencegahan dan lain-lain. Namun, mereka satu suara dalam usaha mengurangi secara maksimal penyebaran HIV/AIDS kepada manusia.


Salah satu penderita ODHA
Ada berbagai macam stigma tentang latar belakang penyebab ODHA. Kesan menganggap m
ereka 'sampah' masyarakat karena perilaku negatifnya di masa lampau masih menjadi perhatian serius, mengingat minimnya pengetahuan terkait sikap dan pendekatan kepada ODHA. Namun, tidak sedikit pihak baik kelompok maupun individu yang peduli bagi ODHA. Mereka lah pihak yang mendukung proses keberlanjutan 'sisa' hidup ODHA demi masa depan yang lebih baik. Mereka rela membantu penderita HIV/AIDS dan berpartisipasi aktif dalam upaya mencegah sekaligus mensosialisasikan tentang penyakit mematikan tersebut.

Mari Support ODHA
Penting dicatat, bahwa ODHA sebagaimana yang diketahui adalah penyakit menular yang disebabkan oleh seks bebas (umumnya yang sering berganti pasangan/tidak memakai pengaman) dan penggunaan jarum suntik secara bersamaan. ODHA sendiri tidak hanya menimpa orang dewasa, namun juga bayi. Ini terjadi karena proses penularan berlangsung di dalam kandungan. Jadi, stigma negatif kepada ODHA justru sangat tidak tepat. Mereka (ODHA) seharusnya didukung dan diberi semangat. Dengan kondisi mereka yang seperti itu, menghakimi ODHA akan memperburuk keadaan mental mereka. Sebaliknya, mendukung mereka akan membuat mereka hidup dan bersemangat 'menjadi' manusia biasa lagi. Mereka sangat membutuhkan dorongan sosial semacam itu. Rangkulah mereka.

HIV/AIDS dan Kondom

Sejauh ini, HIV/AIDS tidak dapat disembuhkan. Namun, penyakit tersebut dapat ditekan perkembang-biakannya di dalam tubuh dengan formula medis tertentu, sehingga memungkinkan masa hidup yang lebih lama. Oleh karenanya, manusia mulai memfokuskan bagaimana mencegah penyebaran HIV/AIDS. Sepemahaman saya, ada beberapa pencegahan umum yang dilakukan, seperti:
Penderita ODHA
  • Tidak melakukan hubungan seks terhadap orang yang terjangkit HIV/AIDS dan hindari hubungan seks secara berganti pasangan.
  • Gunakan pengaman/kondom bagi hubungan seks beresiko tinggi (berganti pasangan;melalui jasa seks komersial).
  • Hindari penggunaan jarum suntik secara bersama (umumnya pengguna narkoba).
  •  Hidup secara sehat dan edukasi moral yang baik.
Metode di atas adalah pencegahan HIV/AIDS secara umum. Tentang metode pendekatan dan bagaimana cara interaksi terhadap penderitanya, dapat dilihat di berbagai macam situs medis lainnya. Namun, di sini saya tertarik membahas tentang metode pencegahan dengan kondom. Secara garis besar, penggunaan kondom sebagai pencegahan penularan HIV/AIDS itu baik. Mengingat salah satu sumber terbesar penyebabnya adalah hubungan seks bebas (berganti pasangan/tanpa mengenakan kondom). 

Namun, fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini, nampaknya pencegahan hanya difokuskan pada pemberian kondom secara gratis oleh pemerintah RI. Saya tidak berusaha skeptis atau anti dengan kebijakan atau metode ini. Saya hanya ingin mencoba mengkritisi. Dalam pandangan saya, pencegahan HIV/AIDS dapat lebih bijak jika pemerintah serius memperbaiki pendidikan dalam rangka penguatan kembali budaya yang berpengaruh kuat pada moral suatu masyarakat. Pemberian kondom secara cuma-cuma bukanlah solusi. Karena tanpa adanya pembekalan moral yang baik, penggunaan kondom secara tidak bertanggung jawab dapat merusak budaya bangsa. Atau jangan-jangan Indonesia sudah tak memiliki budaya?

Saya menjadi berpikir, apa jangan-jangan pemberian kondom secara gratis dan BEBAS ini adalah sinyal dari pemerintah bahwa seks bebas adalah suatu yang dibolehkan atau menjadi suatu hal yang lumrah (?). Menarik perkataan teman yang mengatakan pada saya, "Kita bukan orang suci, tapi kalo anak kita nanti nge-sex sebebas minum kopi. Apa kita bisa bilang?". Ya, bagaimana jika nantinya anak dan cucu kita nanti melakukan hubungan seks secara bebas dan masyarakat menganggapnya sebagai hal yang 'dibolehkan'? Saya pikir, dalam aspek tertentu, kita akan mengalami degradasi moral yang sangat tajam.

Pemerintah seharusnya bisa menjadi penggerak utama dalam upaya pencegahan HIV/AIDS melalui pembekalan moral bangsa yang disematkan dalam budaya, pendidikan dan lingkungan sosial yang mencerminkan Pancasila. Pemerintah dan masyarakat luas dapat saling mengayomi memberantas penyebaran HIV/AIDS. Banyak sekali cara yang lebih bijaksana selain memberikan kondom gratis dan tak bertanggung jawab seperti itu.

World Aids Day dan Paul Warker

Apa hubungannya Paul Walker dengan Hari Aids Sedunia? Di peringatan Hari Aids Sedunia sebelumnya tentu tidak ada. Namun, hari ini 1 Desember 2013 menjadi berkaitan. Tentu saja bukan karena Paul Walker seorang penderita HIV/AIDS. Tetapi, hari ini bintang Fast And Furious tersebut meninggal dunia karena kecelakaan. 

One Person Dies, One Million Cry
One Million Die and No One Cries
Suatu hal yang membuat saya tertarik menulisnya adalah karena berita tentang kematiannya menjadi hal yang begitu besar. Maklum saja, beliau adalah bintang film dunia dan memiliki banyak fans di dunia, termasuk di Indonesia. Namun, di samping rasa duka saya, sejujurnya saya merasa janggal. Kenapa? Tanpa mengurangi rasa hormat dan atensi saya kepada almarhum serta fansnya, saya hanya merasa hidup ini seperti tidak adil dan begitu menyedihkan. Ketika seorang aktor besar meninggal, ada jutaan orang yang menangisinya. Dan di sisi lain, setiap hari, bahkan per 5 detik ada satu orang di dunia yang meninggal karena kelaparan (laporan PBB) dan tidak ada (kalau pun ada nyaris tidak terlihat) satu orang pun yang peduli. 

Untuk hari ini saja, sejujurnya saya sangat mengharapkan, masalah HIV/AIDS dan ODHA menjadi isu utama yang menjadi atensi masyarakat. Ini adalah hari tentang bagaimana kita menghadapi masa depan yang lebih baik. Ini adalah hari dimana simpati besar kita kepada ODHA ditunjukkan secara nyata dan mendunia. Hari di mana kita disadarkan dan diingatkan, "ini lho mereka membutuhkan bantuan, semangat, solidaritas dari kita", "ini lho mereka, mereka yang kurang beruntung pada nasibnya". 

Karenanya, saya merasakan ironi yang sangat menyedihkan, sejujurnya. Ada begitu banyak individu per individu yang wafat dan seluruh dunia menangisi kepergiannya. Sementara ada beratus ribu orang meninggal karena keserakahan dunia tanpa ada perhatian umum pada mereka. Apakah memang seperti ini kehidupan? Atau hanya perasaan dan pikiran saya saja yang berlebihan? Saya sendiri tidak bisa menjawab. Namun, memang ini lah yang ada dalam benak saya. 


Malang, 1 Desember 2013

Aqsha Al Akbar

No comments:

Post a Comment

Silahkan komen yaa