Tuesday, 21 February 2023

Sebuah Awal

Kita mengemas lupa yang berbeda.
Pada sebuah irama yang mengandung lara.
Saat kita saling mengintip dunia dalam bayang.

Kita bermain curiga, saat cinta mulai manja.
Saling menampar luka dengan kata.
Meski maaf selalu jadi penengah.

Tapi, akankah selamanya seperti itu?
Bukankah kita telah saling menjemput?
Bahkan ketika kita saling tidak tahu, sudah sejauh mana doa memanjat!

Aku mencintaimu.
Karena hanya namamu yang selalu aku bicarakan dengan waktu.
Hanya namamu yang aku semai di bukit rindu,
sampai aku dapat menikmati wajahmu sebelum aku tidur dan ketika aku membuka mata.
Hanya padamu segala rencana dan impian itu aku gariskan.


Jakarta, 12 Februari 2023
Aqsha Al Akbar 

Monday, 20 February 2023

Kosong

Kasih,
Ternyata yang aku butuhkan hanya kedamaian
Dengan sebatang rokokku, segelas kopiku
Mengosongkan pikiranku
Mengosongkan tatapanku

Tak ada cacian lagi
Tak ada kecurigaan lagi
Tak ada dunia lagi
Tak ada kehancuran lagi

Aku hanya butuh sunyi
Tanpa perlu getaran
Tanpa perlu sautan
Tanpa perlu reaksi


Jakarta,
Februari 2023

Aqsha Al Akbar 

Wednesday, 8 February 2023

Bumi Hawa

Aku telah tersimpan di bumi hawa
Bertahun-tahun mereka mengekangku
Mengajariku perihal cinta dan khianat
Mempertontonkanku pada sakralnya sebuah akad
Seraya membujukku pada keluguan waktu yang sedemikian asing aku pahami
Di mana-mana cinta dan rindu, kata mereka
Di mana-mana setia dan janji
Sementara aku terbungkus semakin di jejak-jejak ingatan mereka

Di kelopak bulan aku mengeringkan luka
Menyusun kembali lengang lesu pengharapan

Jibril telah melupakanku,
Ketika aku mengimani dosa yang bahagia

Sampai kini aku mengupas-ngupas kayu
Meminyakinya dengan air mata
Membikinkan sebuah kapal,
Sebuah pelayaran dan perjuangan yang kusiapkan

Ternyata memang kembali tentang cinta
Yang menggilaiku sebentar-sebentar
Ketika langit bertukar warna dan suasana
Membacakan cuaca saat akan membelah samudera

"Dunia baru", katanya tanpa ia tahu aku sudah tercabik berkali-kali 11 tahun lamanya
"Lembar baru", katanya tanpa ia peduli bahwa aku telah sedemikian pasrah pada asmara
"Janji baru", ucapnya tanpa sekalipun ia memperingati bahwa terdapat racun pada ikrar

Rasanya kini wajah hendak berlari dari sebuah fase
Karena, dengan apa lagi aku akan dapat meminta maaf pada rasa malu dan salah, jika nantinya harus kembali menjadi jejak lusuh di ingatan baru?


Jakarta, 2023
Aqsha Al Akbar

Friday, 3 February 2023

(Belum Ada Judul)

Aku percaya cintamu berumur panjang
Jika tidak selamanya, maka sampai salah satu hidup kita diriwayatkan
Aku percaya cinta mengalahkan segala dunia
Sangat misterius, jika tidak ingin disebut mistis apalagi ajaib

Lebih satu dekade,
Rasa-rasanya di ujung piringku masih kujilati nikmat romansamu
Berkali-kali merasakan kasmaran, meski nyawa menjemput azal sedemikian kencang
Toh waktu membinasakan kemustahilan

Jangan berpura lugu
Semburat senykumku setidaknya sesekali hadir kala kau melamun di depan komputer itu

Aku meyakini betul kata-katamu
Kubawa pada dunia kecilku
Kuperbincangkan dengan malam sepiku
Kata-kata cinta dan sempal pertengkaran kita
Sungguh aku menyukai semuanya

Dan kini aku menangis
Benar-benar menangis
Rinduku sedemikian kuat
Mengalahkan duniaku yang kulapisi dengan ambisi
Selalu kusebut percakapan kita pada asbak yang menampung segala pikiran dan ingatanku
Toh dia terlanjur mengerti

Lalu aku harus bagaimana?
Dunia kita terlampau beradu waktu dan sumpah
Akankah surga menafkahi batin kita?
Bahkan untuk sekadar menghadirkan sakralnya cinta?

Belum kurasakan lagi perasaan sekuat ini selama hidupku.
Seolah-olah menjadi naif adalah sebuah dosa

Baiklah,
Selamat tidur. 

Jakarta, 2023
Aqsha Al Akbar

Thursday, 2 February 2023

Kabar

Malam mulai tertinggalkan waktu
Seperempat rotasi lagi melahirkan pagi
Kubungkus peluh yang mengudara di kamarku
Menerbangkannya lagi seketika daun pintu menyeruak terbuka

Rumah-rumah dan kios-kios telah menemukan ceritanya lagi, di depan mataku, menggosok mimpi dan umpatan

Tetapi selalu kembali padamu
Awal dan cerita yang ingin kubasa-basikan, ku-romantisasikan, ku-puitiskan, awal dan akhir kembali padamu

Apalah malam yang tertinggal waktu, peluh yang dibungkus, rumah dan kios yang bernarasi? Kan semua duniaku ada dirimu.
Aku hanya ingin tahu kabarmu. 
Izikanlah aku kunyah sepotong ceritamu.

Di ujung matamu aku pernah berkabung.
Perasaan yang menjerit dari kabar dan kabar.
Luka yang tak terseka. 
Apa kabarmu?

Jakarta, 6 Desember 2022
Aqsha Al Akbar

Wednesday, 1 February 2023

Kepada Trias

Kepada Trias,
Telah kita aduk bulan di malam itu
Menjadikannya hujan cahaya pada lembah dansa
Menanggalkan gusar yang beranjak belia

Kemudian, rumput-rumput menjadi lautan sunyi
Seolah-olah firman mengalungkan khidmat
Memberi ruang pada cinta dan logika,
percakapan rencana antara aku dan kamu
Membicarakan waktu yang berdenyut sukma

Aku meyakini, cinta adalah kemewahan manusia
Sebuah dominasi yang menceritakan emosi dalam masing-masing perjumpaan
Dirimu dan diriku yang mengaliri prosa

Trias,
Aku memberimu janji dalam kesederhanaanku
Memahatkan abadi pada dinding doaku
Karena menyayangimu adalah kerelaan hatiku yang teramat dalam.


Jakarta, Januari 2023
Aqsha Al Akbar 

Trias

Tujuh menit aku duduk di cafe itu
Salah pesan menu, kubiarkan.
Kau berjalan, ada cahaya yang saling melempar dari balik kaca matamu dan lapis jendela cafe itu
Nyatanya aku terdiam dan terpukau
Berusaha menangkap kejantananku yang sedikit goyah, pada ujung gelas affogato

Kau menyeringai, sembari melepas masker
"Apa kabar?" katamu. Retorik sekali, setelah kau terlambat menuang waktu yang sudah kita sepakati
Tak jadi soal.
Toh kita setuju mengutuk band cafe yang berisik itu, yang mendistorsi percakapan kita sampai harus setengah teriak.

Kau menjadi pelita, di antara garis remang cahaya tepi jalanan itu
Menguasai pikiranku untuk memetik romansa baru.

Langit masih saja menggantungkan nyawa.
Kita membicarakan hal yang khayali.
Kita memotong udara dengan nuansa rindu.
Yang kita pupuk sebelum bertemu.
Meski seminggu yang lalu kita berbeda ruang dan waktu.

Nyatanya aku mengenang malam itu.
Membawanya pada bilik sepi yang telah lama kukosongkan. 
Menjadikan dirimu bernafas di Jakartaku.
Nama yang selalu kunikmati dan kubanggakan pada setiap peluh keringat dimana aku kan memperjuangkanmu.

Tetaplah di sini. 
Bersamaku.


Jakarta, 13 Desember 2022
Aqsha Al Akbar

Thursday, 15 May 2014

Kau




Aku ingin berdarah, dari manisnya gairah yang kau tusukkan.
Dalam dan merobek lapisan tair.
Kau.
Menggenang dan mengerang dalam rintih.
Mencoba selami cinta di balik terumbu perasaan.
Jangan sembunyi. Jangan lari.

Friday, 9 May 2014

Mawar


Hari belakangan ini menjadi sangat ironi bagiku. Sebuah tiket perjalanan sudah kusimpan, berangkat tinggal menunggu waktu. Hanya satu pikiran yang sengaja kubiarkan tetap menggantung, pikiran untuk hidup. Kujadikan sebagai yang paling sakral dalam hitungan menuju hari keberangkatan itu. Ironi, iya, yang membuat semua menjadi ironi adalah bahwa aku tak sadar tengah berpikir dalam imaji yang hampa. Untuk sekadar menjiplaknya pada realita saja terkesan ada pemaksaan. Bangsat!

Friday, 4 April 2014

Sepertinya Jarak

Bait kita tertunda, dari jarak yang menganga.
Cinta lelah menahkodai.
Jiwa yang berdarah, mengalir bersama peluh. 
Luka rindu.

Malang, 2 April 2014
Aqsha Al Akbar